Monday, June 12, 2006
Gempa di Jepang
Hari ini, jam 05.01 pagi, Ibu barusan terlelap saat kantuk datang di pertandingan Portugal-Angola, tiba-tiba tempat tidur serasa berguncang, lampu juga bergoyang, anak-anak terbangun, cukup lama kami rasakan itu sambil mencoba menebak: gempa,...Allahu Akbar, sementara anak-anak terlihat ketakutan, Ibu berusaha menerapkan protap gempa, berlindung dibawah tempat tidur tapi Alhamdulillah, Ayah berhasil menenangkan kami, tak lama, nggak sampai 1 menit berhenti juga.

Langsung Ayah menyalakan TV lagi, bener, tak sampai 1 menit menunggu muncul siaran resmi dari NHK, lengkap dgn informasi pusat gempa, ternyata di Oita, dekat dgn Ehime, plus kekuatan gempa di masing-masing tempat juga info tak kan terjadi bahaya Tsunami. Ternyata di matsuyama, tempat kami tinggal, gempa dgn kekuatan M 4, sementara di Oitanya sendiri M 6.1.

Ya Allah, belum lama berita gempa di tanah air yg telah memakan banyak korban, kini terjadi gempa lagi. Terbayang dalam ingatan, bagaimana saudara-saudara kita yg mengalami musibah. Tak berapa lama kami melihat di TV, bagaimana kekuatan gempa pagi tadi "menggoyang" Matsuyama, Oita, Hiroshima, dsb. Alhamdulillah tak ada korban meninggal, hanya 2 orang menderita luka ringan

Selama kami tinggal di Matsuyama, beberapa kejadian gempa pernah kami rasakan, tapi yg terbesar ya yg tadi pagi. Dan tiap kali ada gempa dimanapun di daerah Jepang, tak lama kemudian muncul info ttg gempa di running text TV, ttg kekuatannya, daerah mana pusatnya, dsb. Mungkin hal itu belum dilakukan oleh pemerintah kita, hingga saat kejadian gempa Jogja, kami lihat di TV org-org berlarian karena ada issue tsunami, dsb.

Belajar dari negara jepang dalam menghadapi bencana ini, pendidikan menghadapi berbagai macam bencana dimulai sejak anak anak di taman kanak kanak. Sejak kecil Kiko-chan sudah dilatih menyelamatkan diri dari bahaya gempa or kebakaran, mulai dari bunyi tong tong tong sbg tanda bahaya (kepala sekolahnya menggunakan frypan yg dipukul sendok saat simulasi), dimana harusnya mereka berlindung , bagaimana berbaris tanpa panik saat menyelematkan diri dsb, beberapa petunjuk saat gempa itu diantaranya:
1. Berlindung dibawah meja adalah yang paling aman disaat terjadinya gempa dan tidak perlu keluar dari rumah, karena bahaya lebih besar.
2. Kalau sedang memasak, matikan kompor dan peralatan listrik.
3. Selalu nyalakan berita radio untuk mendengarkan informasi akurat tentang gempa yang terjadi saat itu.
4. Jangan lupa memakai sendal atau sepatu, supaya tidak luka karena pecahan kaca.
5. Kalau gempa sudah berlalu tapi masih was was dengan gempa susulan, pergi ketempat yang lapang, hal ini akan lebih aman dibandingkan tetap tinggal dirumah jika anda khawatir dengan rumah anda runtuh.

Tentu saja protap penyelamatan diri dari bahaya gempa didukung oleh infrastruktur yg ada, spt konstruksi bangunan yg tahan gempa, disediakannya fasilitas umum untuk berlindung sementara (disini SD, SMP, SMA punya aula yg luas, disamping untuk kegiatan sekolah juga sbg tempat berlindung).

Disamping itu diterbitkannya buku yang menjadi best seller di jepang tahun lalu yaitu buku petunjuk menghadapi gempa bumi. Buku ini meliputi cara penyelamatan, survive setelah gempa (misalnya dalam 3 hari hidup tanpa air, gas, listrik, telekomunikasi) dan peta peta yang memberikan petunjuk daerah yang menjadi safety zone, ada juga peralatan multifungsional yang juga laku keras, misalnya satu alat yang dilengkapi radio, lampu, alarm, pengisi batere dsb, bahkan ada beberapa toko kombini (toko yang buka 24 jam) bersedia menjadi ujung tombak pertama dalam memberikan layanan masyarakat dalam keadaan darurat, disamping itu telkomnya jepang pun memberikan layanan pesan kepada keluarga yang bisa akses lewat telpon umum yang bisa memberikan informasi kalau dirinya selamat dsb.

Ayo dong penulis blogfam rame-rame menulis buku ttg P3K disaat ada gempa atau kebakaran, or semoga saja pemerintah memasukkan pengetahuan ttg bencana alam kedalam kurikulum sekolah dasar sampai SMA (walau pas latihan, ya...dalam hati pasti agak berguman; tahu deh...ngapain sih diulang ulang) terlepas bencana alam adalah kehendak Allah swt, akan lebih baik jika dari dini kita menyiapkan diri dari bencana tsb, demikian juga pemahaman agama yang lebih dalam supaya tidak menjadi stress akibat bencana, belajar seperti yang terjadi pada korban gempa Kobe yang banyak mengalami trauma kepanjangan akibat bencana yang terjadi lebih dari 10 th yang lalu.

Ngomong ngomong, pada waktu Ibu tinggal di daerah selatan Tasikmalaya, masih banyak rumah desa yang memakai konstruksi tahan gempa, yaitu bentuknya seperti rumah panggung, dimana bagian bawahnya ada beberapa batu yang menjadi penopang konstruksi utama rumah tsb, iseng saya tanya ttg konstruksi rumah spt itu, ternyata pada saat terjadi gempa besar (lupa thnya sekitar 70-80-an ), Puskesmas Cibalong runtuh total, rumah-rumah yang berkonstruksi spt itu lebih banyak selamatnya dibandingkan dengan pondasi yang ditanam dalam tanah.

Btw, semoga beberapa kejadian alam membuat kita berintrospeksi dan memperbaiki diri, betapapun, kita bukan apa-apa, hanya seorang hamba.
posted by Noenoe @ Permalink 、2:18 PM  
11 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
 
about me
Istri Bank Je, Ibu Ilham & Kiko, suka baca, suka ngobrol alias criwis, suka sok sibuk, pengin bisa masak.
Udah Lewat
Archives
Links
Republika
Nova
Dapur Bunda
DBRP
IMB
sutbok

Free shoutbox @ ShoutMix
Designed-By

Visit Me Klik It
Member of

Indonesian Muslim Blogger
Credite
15n41n1