Lon-ly forever: Bell Mark

Pertama kali Ibu kenal istilah itu saat Ilham-kun masuk SD, setiap bulan antara tgl 5-6, dia dia diminta mengumpulkan label "bell" oleh SD nya. Di jepang, ada sekitar 95 perusahaan makanan, buku , dsb yg menjadi sponsor sebuah organisasi yg disebut the Bell Mark Foundation. Perusahaan-perusahaan tsb mencetak label bel pada kemasannya, yg bernilai 0.5 poin - 100 poin, 1 poin senilai 1 yen, tentu saja makin mahal harga barangnya makin banyak pula poinnya. Setelah dikumpulkan, giliran pihak PTA (Parent Teaching Association, semacam perkumpulan orang tua murid) menggunting, menghitung, mengumpulkan bell mark yg dikumpulkan oleh tiap kelas, dan mengelolalanya. Biasanya setelah 1 th baru dikirim ke BM Foundation untuk ditukar barang yg dibutuhkan sekolahnya. Seperti dari laporan th lalu, SDnya Ilham-kun berhasil mengumpulkan poin sebanyak 92.650, dan ditukar dgn 13 bh stop watch, dsb.

Ibu sendiri mengumpulkan label itu dari pembelian gula pasir, tissue, buku tulis, permen, dsb kadang juga teman-teman dgn baik hati mengumpulkan label itu dan disetor ke Ibu. Kadang kalau bulan ini lupa Ibu gabung dgn bulan berikutnya,...tapi akhir-akhir ini Ibu sering kelupaan,..jadilah sekarang punya sekitar 200 lembar untuk dikumpulkan bulan ini,...rekor sebab biasanya paling banter cuma ngumpulin 10.

Sepengetahuan Ibu, hampir semua SD di Jepang sama kondisinya, fasilitasnya, spt komputer & TV di tiap kelas, ada kolam renang, lapangan basket, sepak bola, gymnasium, dsb yang disediakan oleh pemerintah. Tapi ternyata mereka juga tetap butuh bantuan pihak swasta untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.

Ttg hasil pengumpulan bell mark itu sendiri ada juga badan swasta yg mengumpulkan dan mengirimnya sebagai bantuan pendidikan di negara lain spt afghanistan dsb.

Coba kalo di Indonesia ada program seperti ini. Jumlah penduduk kita kan banyak, so banyak konsumen, banyak anak usia sekolah, coba aja kalo Indofood, perusahaan Chiki snack, sabun cuci, dsb bergabung dan memberi bantuan pada pihak sekolah pasti deh bakal disambut dgn suka cita. memang dari nilainya, "cuma" 1 yen,..atau cuma 1 rupiah, namun untuk sebuah kepedulian adakah penghargaan yg sepadan?. Asal jangan karena mau ngasih bantuan harganya malah dinaikkan,..
Selain pihak swasta, kita juga butuh transparansi dari pihak sekolah tentunya,..kayak nggak percaya aja sih,...nggak berburuk sangka sih.

Saat ini, Ibu justru lagi sibuk dgn persiapan sekolah anak-anak di Indonesia, wah bener-bener jaman dah makin maju,..tes wawancara lewat YM,...kalo sama ortunya aja sih nggak masalah,...lha mau wawancara sama anak-anak, gimana? Lewat YM,..wong nggak pasang internet dirumah,..lewat telpon anak-anak paling nggak mudheng pertanyaannya,..gubraksss.
Dan saat ini lagi deg-degan mau wawancara by YM,..Ya Allah, beri kami kemudahan untuk memberikan yg terbaik buat anak-anak kami.Amin

Maaf ya Kak, De,...bukannya Ayah-Ibu nggak mau plg saat ini utk ngurus sekolah kalian, saat ini Ayah-Ibu bener-bener lagi sibuk,....Insya allah all the best for you. Amin